Thursday, August 19, 2010

5 Alasan Wanita Indonesia Belum Mandiri Secara Finansial

Jakarta - Survei menunjukkan setengah dari wanita Indonesia tidak memiliki rencana keuangan. Padahal wanita merupakan 'Direktur Keuangan' yang memiliki posisi paling penting dalam keluarga.

Padahal emansipasi wanita kini sudah menjadi hal yang tak terbantahkan lagi. Saat ini, semangat Kartini dicerminkan melalui peran wanita Indonesia dalam bentuk pergerakan hak dan keadilan yang diekspresikan di kehidupan ekonomi, sosial dan politik, namun untuk permasalahan keuangan, boleh dibilang para kaum hawa tidak memiliki kompetensi yang sepadan.

Hasil survey Citibank Indonesia dalam Citi Fin-Q (Financial Quotient) 2009 yang melibatkan responden wanita menunjukkan bahwa separuh wanita Indonesia tidak mempunyai rencana keuangan. Sebagian yang telah mempunyai rencanapun belum tentu melaksanakan rencana keuangannya.

Mengapa wanita Indonesia belum mandiri secara finansial? Berikut 5 alasan utama wanita belum mandiri secara finansial, seperti dikutip dari siaran pers Citibank, Selasa (20/4/2010).

1. Terbuai Asmara

Pada umumnya, saat memasuki jenjang pernikahan, wanita mempersilakan pria untuk bertanggung jawab soal keuangan. Banyak wanita yang diajarkan, bahkan bercita-cita untuk bergantung semata pada pasangannya. Kaum pria sering dianggap lebih memiliki kemampuan untuk memperoleh penghasilan dan bertahan dalam kondisi sulit (survive) sementara wanita tidak.

Dalam beberapa kebiasaan ataupun tradisi yang dianut di Indonesia, wanita dituntut untuk menurut saja pada suami dengan imbalan proteksi dari segi keuangan. Ketergantungan ini membuat wanita tidak siap jika pasangan mereka kehilangan pekerjaan, mengalami kecelakaan, atau meninggal dunia – sehingga menyebabkan seorang istri harus mengasuh dan membesarkan anak seorang diri.

Untuk itu hidup di zaman sekarang, wanita semakin dituntut untuk mandiri dan saling mendukung dalam kehidupan berkeluarga.


2. Terlalu Muda Untuk Menabung

Pada saat masih berusia muda, umumnya wanita tidak menaruh prioritas untuk menabung demi masa depan. Wanita lebih mementingkan pengeluaran untuk memperbaiki penampilan dan memperoleh hal-hal yang tidak dimilikinya saat masa kanak-kanak. Kecenderungan ini pada akhirnya menjurus pada kebiasaan belanja kompulsif. Dengan berjalannya waktu, jumlah pengeluaran semakin meningkat dan semakin sulit untuk menciptakan kebiasaan menabung.

Hal yang terbaik untuk mengajarkan nilai uang pada generasi muda adalah dengan memberikan kesempatan pada mereka untuk mulai bekerja selepas usia remaja dan membiasakan mengelola keuangan pribadi.

3. Tergoda Belanja dan Terlilit Utang

Iklan dan promosi untuk kecantikan, fashion dan kebutuhan rumah tangga semakin meningkatkan selera belanja wanita. Hal ini membuat para wanita merasa bahwa mereka memiliki kendali terhadap pengeluaran, tetapi sayangnya belanja kompulsif ini semakin menggali utang lebih dalam.

4. Terintimidasi Sukses

Walaupun tingkat penghasilan wanita cenderung lebih rendah daripada pria, kaum wanita terus memperjuangkannya di dunia kerja. Namun kesuksesan di dunia kerja dapat membawa keretakan pada hubungan rumah tangga.

Wanita yang memiliki penghasilan lebih tinggi dari pasangan, tangkas menangani pengeluaran dan mengendalikan uang rumah tangga sering dianggap agresif dan tidak feminin baik di mata laki-laki maupun sesama wanita. Untuk menjaga hubungan rumah tangga, terdapat sejumlah wanita yang merelakan hak finansialnya demi keutuhan keluarga.

5. Terdorong untuk Membantu Orang Lain

Wanita selalu mengutamakan suami, anak, orangtua, anggota keluarga bahkan orang-orang yang tidak mampu. Membantu orang lain memberikan rasa bermanfaat dan rasa senang karena telah berbuat baik pada orang lain. Terkadang wanita melupakan dirinya sendiri, sehingga pengeluaran untuk orang lain terus berjalan dan hal ini sangat berbahaya jika ia dan keluarga terlilit utang.

Untuk melanjutkan semangat Kartini guna menciptakan kemandirian wanita Indonesia, maka seyogyanya wanita memperhatikan pengelolaan keuangan. Perlu dilakukan skala prioritas dalam mengatur pengeluaran sehari-hari, sehingga sebisa mungkin mementingkan fungsi daripada sekedar gengsi.

Wanita juga perlu menanam kebiasaan menabung dan berinvestasi, menyiapkan dana darurat dan hidup seimbang dengan mementingkan kebutuhan pribadi dan keluarga.

Kemandirian finansial bukan sebatas tidak bergantung pada pasangan, tetapi juga memahami bahwa wanita dapat mengelola finansial secara mandiri.

Sumber: Nurul Qomariyah - detikFinance

Thursday, August 5, 2010

Alasan anda mengikuti asuransi jiwa


Adalah menjadi keinginan semua orang untuk memiliki kesuksesan financial dimasa hidupnya, maupun untuk kehidupan keluarga dan keturunannya; memiliki rumah mewah, mobil, dan aset yang berkecukupan, masa depan anak terjamin, jalan-jalan ke luar negeri untuk rekreasi maupun ibadah, menikmati masa pensiun yang berkecukupan.

Tetapi untuk mencapai semua itu bukanlah tanpa halangan, orang yang memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap sekalipun tidak dapat dipastikan bahwa mereka akan mencapai hal-hal tersebut. Dari hasil survey yang dilakukan oleh LIMRA (Life Insurance Marketing Research Association) didapati bahwa prosentase penduduk dengan usia kerja mulai 20 tahun, usia pensiun 60 tahun, setelah bekerja selama 40 tahun:
  • Kaya : 1%
  • Mandiri : 4%
  • Masih bekerja : 5%
  • Bangkrut : 12%
  • Meninggal :29%
  • Bergantung pada orang lain: 49%

Di masa pensiun yang akan datang, kita akan menghadapi lebih banyak masalah, diantaranya adalah:
  • Inflasi. Tingkat inflasi yang tinggi mengakibatkan akumulasi peningkatan biaya hidup yang berlipat ganda
  • Waktu Luang. Pada masa pensiun,setiap hari adalah hari yang libur yang akan lebih banyak menghabiskan biaya untuk kesenangan.
  • Biaya Pengobatan. Usia pensiun adalah periode yang beresiko tinggi untuk terserang penyakit, sedangkan tidak ada jaminan kesehatan yang melewati usia 65 tahun.
  • Harapan Hidup. Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka masa pensiun akan semakin panjang sehingga membutuhkan lebih banyak dana yang perlu disiapkan

Selain itu juga tidak ada jaminan bahwa kita akan memasuki masa pensiun, karena fakta kehidupan adalah setiap orang PASTI akan meninggal, tetapi tidak pasti KAPAN meninggalnya? Bisa jadi sebelum memasuki masa pensiun sudah meninggal karena sakit atau pun kecelakaan. Meninggalnya pencari nafkah keluarga akan berakibat hilangnya sumber pendapatan bagi keluarganya. Berkurangnya kemampuan berpenghasilan (misalnya karena sakit atau cacat), memerlukan jaminan keuangan agar keluarga tetap menjalani kehidupan yang layak.

Dengan demikian, maka perlu adanya upaya yang dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di masa depan (masa pensiun). Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengikuti program perencanaan keuangan (financial planning). Fakta mengungkapkan bahwa masa pensiun yang sulit; masih bekerja disaat usia lanjut, bangkrut, bergantung pada orang lain, bahkan terlantar adalah disebabkan karena TIDAK adanya perencanaan keuangan. Dengan program perencanaan keuangan yang baik, setelah 40 tahun bekerja, maka akan menikmati masa pensiun dengan kemandirian keuangan dan tetap mempertahankan standar hidup keluarga, walaupun anda mengalami sakit kritis atau tidak lagi bersama keluarga (rasa aman dan adanya perlindungan).

Program perencanaan keuangan (financial planning) memungkinkan untuk kita membuat suatu tujuan atau target-target yang hendak dicapai dimasa depan, misalnya:
  • Pendidikan anak yang terjamin
  • Menikmati masa pensiun
  • Mempertahankan standar hidup keluarga apabila anda sakit kritis atau tidak lagi bersama keluarga (meninggal).

Salah satu program perencanaan keuangan bagi keluarga adalah asuransi jiwa unit link. Berbeda dengan asuransi jiwa tradisional, asuransi jiwa unit link menggabungkan program asuransi jiwa dan program investasi, sehingga keutungan dari hasi investasi jangka panjang yang lebih besar dari pada tabungan atau deposito di Bank.

Manfaat program asuransi unit link yang dapat diterima nasabah diantaranya adalah:
  • Multiple Crisi Cover, tertanggung akan mendapatkan uang pertanggungan untuk biaya pengobatan penyakit kritis
  • Payor, bila terkena penyakit kritis, tertanggung stop menabung, dan perusahaan asuransi akan membayarkan sejumlah uang tabungan selama masa kontrak.
  • Crisis Income, perusahaan asuransi akan memberikan pendapatan pengganti bila tertanggung mengalami salah satu penyakit kritis.
  • Hospital & Surgical, tertanggung akan akan mendapatkan biaya rawat inap dan pembedahan.
  • Accident Death & Disablement, akan mendapatkan santunan sejumlah uang pertanggungan apabila tertanggung mengalami kecelakaan, cacat, atau meninggal.
  • Warisan, ahli waris akan menerima sejumlah uang pertanggungan apabila tertanggung meninggal dalam masa kontrak.
  • Investasi. Tertanggung atau ahli waris (bila tertanggung sudah meninggal) akan mendapatkan hasil dari investasi unit link

Dengan tulisan ini, saya memiliki alasan yang cukup untuk mengikuti program asuransi jiwa. Bagaimana dengan anda? Sudahkan anda melindungi diri anda dan keluarga anda yang anda cintai?...

Best Insurance Companies 2010

http://www1.kompas.com/seremonia/read/724/asuransi.jiwa.terbaik.2010.untuk.prudential.indonesia
Kembali PT. Pudential Life Assurance (PLA) menjadi perusahaan asuransi nomor satu terbaik tahun 2010 untuk katagori asuransi jiwa. Menurut pengamat asuransi Angger Yuwono, ada beberapa faktor yang membuat PLA terpilih menjadi yang terbaik dikelasnya,yaitu:
  1. PLA memiliki keunggulan dalam pengemangan pruduk unit linked. Produk asuransi berbasis investasi ini sangat digemari oleh masyarakat. Pada tahun 2007, PLA mencatat pendapatan premi unit linked Rp 5,06 Triliun atau 91% dari pendapatan premi Rp 5,5 Triliun. Bahkan saat pasar modal terpuruk, PLA masih bisa mempertahankan kinerjanya. Tahun 2008 premi unit linked PLA mencapai Rp 5,93 Triliun. Tahun 2009 premi unit linked PLA mencapai Rp 6,29 Triliun.
  2. PLA memiliki jaringan distribusi yang kuat. Selain didukung oleh lebih dari 60 ribu agen, PLA juga mengembangkan bancassurance dan bekerja sama dengan perbankan.
  3. PLA mampu mempertahankan pertumbuhan bisnis secara konsisten. Terbukti, selama 2006-2009, rata-rata premi netto tumbuh 46% per tahun. ROE (return on equity) PLA tahun 2009 mencapai 96,56%, sangat baik bila dibandingkan dengan perusahaan asuransi jiwa di kelasnya.
Selama kuartal pertama 2010, PLA membukukan pendapatan premi sebesar Rp 2,1 Triliun, atau meningkat 34,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. PLA juga mampu menggenjot bisnis baru sebesar Rp 1,01 Triliunatau tumbuh 33%.

Sumber: Majalah Investor, Juli 2010