Sunday, July 21, 2013

Tips Belanja di Bulan Puasa

Jakarta - Sebelum bulan puasa ternyata Pemerintah membuat kebijakan yang kereeen, yaitu menaikan harga BBM, alhasil harga-harga barang merangkak naik. Memasuki bulan Puasa, harga barang tersebut naik semakin tinggi, tinggi, dan tinggi. Lalu Bagaimana cara bijak membelanjakan gaji bulanan terutama di saat bulan ramadan seperti ini? Bulan puasa identik dengan pengeluaran yang membengkak. Ada beberapa hal yang menyebabkan hal tersebut.

Sumber: www.vemale.com

A. Naiknya harga-harga sembako
Bahkan tahun ini kenaikan harga BBM hanya beberapa minggu sebelum bulan puasa tiba, sehingga mendorong kenaikan biaya transportasi dan sembako. Ini adalah faktor yang tidak bisa dihindari.

B. Konsumtif
Esensi dari puasa adalah menahan nafsu, namun sering hanya diartikan menahan makan dan minum dari sahur hingga berbuka, bukan menahan nafsu konsumtif. Berbelanja dalam keadaan lapar pun memicu pembelian barang-barang yang harusnya tidak diperlukan.

C. Pergeseran jam makan
Logikanya, pergeseran jam makan dari sarapan menjadi sahur, makan siang jadi takjil berbuka, makan malam tetap, akan membuat lebih hemat karena biaya makan siang menjadi hanya biaya takjil. Tapi banyak orang yang merasa pengeluaran mereka lebih banyak, karena saat berbuka dan makan malam cenderung ingin makan apapun yang diinginkan.

D. Undangan buka puasa bersama
Banyaknya undangan buka puasa bersama di restoran atau di café bersama keluarga, kerabat dan teman pastinya juga membuat pengeluaran membengkak. Dari Poin B, C, dan D di atas sebenarnya masih dapat disiasati sehingga tidak ada minus pengeluaran di bulan puasa. Adapun Cara bijak membelanjakan gaji bulanan untuk menghadapi bulan puasa seperti ini adalah:

1. Mengetahui jumlah pengeluaran bulanan pada bulan-bulan sebelumnya Untuk rumah tangga dengan kebiasaan memasak, kenaikan harga-harga bahan makanan dapat dihitung sehingga diketahui seberapa besar perbedaan harganya. Jika terbiasa membeli makan atau dengan catering, tentu kenaikan harga lebih mudah diketahui. Setelah itu bisa dianggarkan untuk sebulan ke depan. TIPS: Bagilah pengeluaran sehari-hari –yang telah dianggarkan tadi-- (terutama makan dan transport) untuk seminggu dan pastikan hanya ada sejumlah uang untuk seminggu di dompet Anda, termasuk budget hiburan saat akhir minggu. Minggu selanjutnya barulah ambil uang lagi di ATM sejumlah yang sama dengan minggu lalu. Dengan demikian pengeluaran akan terkontrol.

2. Alokasikan Anggaran Untuk pengeluaran seperti belanja bulanan, belilah hanya yang benar-benar diperlukan, sesuai alokasi anggaran. Buat daftar belanja sebelum ke pasar/supermarket dan taati daftar tersebut. Jika berbelanja di supermarket usahakan untuk berbelanja setelah berbuka agar nafsu belanja tidak tinggi.

3. Bedakan antara keinginan dan kebutuhan Buka puasa bersama mungkin adalah kebutuhan untuk bersosialisasi, tapi perlukah di restoran/café di luar budget Anda? Anda dapat mengusulkan restoran yang lebih murah, atau jika tidak terlalu dekat dengan lingkungan pertemanan tersebut Anda selalu bisa memilih untuk tidak ikut.

4. Sisihkan juga di awal biaya-biaya lain yang harus dibayarkan Seperti saat ini yang kebetulan bulan puasa jatuh pada masa liburan sekolah dan masuk sekolah, sehingga akan ada biaya liburan anak dan biaya masuk sekolah.

Sumber: http://finance.detik.com

Thursday, May 30, 2013

MENGENAL INFLASI



Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa inflasi pada bulan Juni adalah sebesar 2,46 persen. Sementara nilai inflasi year on year adalah 11,03 persen.

1. Mengenal istilah inflasi.

Secara sederhana, inflasi berarti Anda harus membayar lebih mahal untuk barang yang hendak Anda beli. Misalkan inflasi bahan bakar premium adalah 33,33 persen, maka harga yang harus Anda bayar untuk setiap liter premium meningkat, dari harga lama Rp. 4.500,- menjadi Rp. 6.000,-.

Dalam ilmu ekonomi, inflasi memang selalu terjadi. Kenaikan harga barang lebih baik daripada penurunan harga barang, karena akan memicu produsen untuk menghasilkan lebih banyak barang. Yang harus dikendalikan adalah berapa besar nilai inflasinya, agar jangan sampai mengganggu daya beli masyarakat.

==========================================================

2. Bersiaplah menghadapi inflasi.

Inflasi berpengaruh terhadap semua barang yang Anda butuhkan: makanan, pakaian, perumahan, air, listrik, gas, kesehatan, pendidikan, rekreasi, transportasi dan lain-lain. Oleh karena itu Anda harus mempersiapkan diri Anda terhadap inflasi.

Bagaimana caranya? Misalkan Anda hendak menyiapkan dana pendidikan untuk anak Anda yang hendak duduk di bangku kuliah dalam waktu 3 tahun mendatang. Misalkan biaya masuk kuliah pada tahun ini adalah Rp. 30.000.000,-, maka Anda dapat memperkirakan bahwa dalam waktu 3 tahun mendatang biaya masuk kuliah akan meningkat menjadi Rp. 39.930.000,- (asumsi inflasi 10% per tahun).

Dengan perkiraan biaya masuk kuliah di masa mendatang, maka jumlah uang yang harus Anda siapkan adalah Rp. 39.930.000,-. Bila Anda tidak memperkirakan inflasi dan hanya menyiapkan Rp. 30.000.000,-, maka Anda akan kekurangan 10 juta pada saat hendak membayar biaya masuk kuliah anak Anda.

=========================================================

3. Nilai tabungan Anda digerogoti oleh inflasi.

Anda juga perlu mengingat bahwa setiap sen yang Anda simpan, daya belinya selalu digerogoti oleh inflasi. Misalkan saja Anda menyimpan Rp. 1.000.000,- sekarang. Kita ambil contoh harga nasi goreng sekarang adalah Rp. 10.000,-. Artinya dengan seluruh tabungan Anda, pada saat ini Anda dapat membeli nasi goreng sebanyak 100 piring.

Dalam waktu 3 tahun mendatang harga nasi goreng sudah naik menjadi Rp. 13.000,- karena inflasi. Asumsi tabungan Anda tidak dipotong oleh biaya administrasi dan tidak mendapatkan bunga, maka dengan total nilai tabungan Rp. 1.000.000,- Anda hanya dapat membeli nasi goreng sebanyak 77 piring. Terjadi penurunan daya beli tabungan Anda sebanyak 23 piring nasi goreng. Hal ini adalah akibat dari inflasi. Oleh karena itu, bila Anda ingin menabung untuk jangka waktu panjang maka lebih baik Anda membeli produk investasi yang hasilnya lebih tinggi dari inflasi. Misalnya adalah reksadana saham.

==========================================================

Sekian artikel dalam kesempatan ini. Apabila Anda ingin mendapatkan nilai inflasi yang paling up-to-date, Anda dapat mengaksesnya di DetikFinance.Com pada setiap awal bulan. Biasanya BPS akan
mengumumkan nilai inflasi bulan sebelumnya pada tanggal 1.

Sumber: www.keuanganpribadi.com

Wednesday, May 8, 2013

Financial Check-Up

Financial check-up akan sangat membantu mengidentifikasi kemungkinan gangguan keuangan pada keluarga secara dini.

Dengan begitu Anda dapat mengambil tindakan yang harus dilakukan untuk memperbaikinya. Untuk itu dibutuhkan alat atau tools untuk melakukan check-up ini seperti halnya dokter dalam memeriksa kesehatan kita.

Secara umum pemeriksaan kondisi keuangan dilakukan dengan menghitung rasio-rasio atau perbandingan-perbandingan tertentu dan menyimpulkan hasilnya.


Ada tiga titik kritis yang wajib diperiksa:

  1. Situasi seputar masa kini, diukur dengan likuiditas (ketersediaan uang tunai untuk membayar keperluan rutin dan keperluan mendesak). 
  2. Dampak keputusan hutang masa lalu, diukur dengan solvabilitas (kemampuan untuk membayar kewajiban hutang pada saat jatuh tempo). 
  3. Kondisi masa depan, diukur dengan rasio produktivitas aset dari hasil menabung atau berinvetasi. 

Likuiditas Check-Up
Secara umum, semua keluarga akan memerlukan tingkat likuiditas tertentu untuk menjaga kemampuan membayar pengeluaran rutin mereka. Pemeriksaan tingkat likuiditas keuangan dapat dilakukan menggunakan rasio likuiditas, yang dapat dihitung dengan membandingkan antara aset likuid yang berupa uang tunai, tabungan dan deposito dengan kebutuhan rata-rata satu bulan.

Sebagai contoh, misalkan jumlah uang tunai, tabungan dan deposito adalah Rp 5.000.000 dan jumlah pengeluaran bulanan Rp 3.000.000. Dari data ini, rasio likuiditas = 5.000.000 : 3.000.000 = 1,67. Rasio ini menunjukkan kemampuan aset likuid untuk menutup kebutuhan bulanan selama 1,67 bulan atau 1 bulan 20 hari. Secara umum angka rasio yang disarankan antara 3 s/d 6 bulan (dana darurat). Rasio yang terlalu kecil bisa menyulitkan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, apalagi bila terjadi risiko yang dampaknya jangka pendek, seperti rumah rusak perlu perbaikan dan lain-lain.

Sebaliknya, rasio likuiditas yang terlalu besar, melebihi kebutuhan menyebabkan ketidakefisienan dalam mengelola aset. Aset berupa uang tunai tidak akan memberikan hasil yang maksimal malah menurun termakan inflasi. Rasio likuiditas terlalu besar akan menutup kemungkinan untuk memperoleh keuntungan investasi dari aset yang dimiliki. Dengan demikian, harus selalu diusahakan untuk menjaga likuiditas pada tingkat tertentu sesuai dengan keadaan keuangan dan pola kehidupan.

Hutang Check-Up
Selanjutnya check-up yang berkaitan dengan masalah hutang. Dalam bahasa keuangan masalah ini dikenal dengan istilah solvabilitas, yaitu kemampuan untuk membayar cicilan hutang pada saat jatuh tempo. Bagaimana cara mengukurnya? Cara mengukurnya adalah dengan menghitung rasio pembayaran hutang terhadap pendapatan. Rasio pembayaran cicilan hutang dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat kemampuan membayar kewajiban cicilan hutang dalam satu periode waktu, atau mengukur tingkat pengeluaran bagi pembayaran hutang. Cara menghitungnya adalah dengan membandingkan total cicilan hutang yang harus dibayar dalam periode waktu tertentu dengan total penghasilan dalam periode waktu yang sama.

Contoh, bila total kewajiban cicilan hutang yang harus dibayar dalam waktu satu tahun adalah Rp 18.500.000 sedangkan total pemasukan satu tahun Rp 73.000.000, sehingga rasio = 18.500.000 / 73.000.000 = 0,25. ni berarti 25 % penghasilan Anda telah teralokasikan untuk membayar hutang, atau dengan kata lain anda masih memiliki 75 % penghasilan untuk dikelola secara bebas. Rasio maksimum yang dianjurkan adalah sekitar 30%, lebih dari itu akan sangat menganggu pengeluaran anda. Sebaiknya pengambilan keputusan untuk berhutang selalu didasarkan pada arus kas riil, artinya pemasukan hanya diperhitungkan sebagai pendapatan apabila sudah benar-benar diterima. Sebagai contoh, bila dalam tahun ini Anda merencanakan menjual aset berupa tanah, pemasukan hanya bisa dicatat saat Anda telah menerima uang penjualan tersebut.

Produktivitas Aset Check-Up
Pengeluaran dari penghasilan setiap orang dapat dikelompokkan menjadi tiga pos utama, yaitu:
1. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
2. Untuk membayar hutang.
3. Untuk menabung dan berinvestasi.

Dua pos pengeluaran pertama telah kita bahas. Selanjutnya, mari kita lihat mengenai pos menabung dan berinvestasi. Membayar hutang berkaitan dengan keputusan keuangan masa lalu. Kebutuhan sehari-hari adalah masalah keuangan masa kini. Menabung dan berinvestasi adalah urusan untuk kepentingan masa depan. Tanpa adanya tabungan dan investasi, sebenarnya apa yang kita kerjakan hanya akan berjalan sampai masa kini saja, atau ekstrimnya, kita tidak memiliki masa depan (madesu = masa depan suram). Selama penghasilan masih mampu menutupi pengeluaran, dampak langsungnya belum dirasakan. Kebanyakan orang adalah seperti ini. Manakala terdapat gangguan terhadap penghasilan, kehidupan keuangan akan segera terganggu, yaitu mengalami defisit.

Tanpa tabungan dan investasi, defisit ini tidak akan segera dapat ditutup, bahkan kemungkinan akan membesar dan membahayakan stabilitas keuangan. Tanpa surplus penghasilan, akan sangat sulit untuk melakukan perencanaan keuangan guna menjamin kondisi keuangan yang baik di masa depan, terlebih untuk jangka panjang. Untuk mengukur kekuatan menabung dan investasi digunakan rasio kekuatan menabung. Cara menghitungnya adalah dengan membandingkan jumlah uang yang ditabung untuk tujuan investasi dengan pendapatan. Sebagai contoh apabila jumlah tabungan dalam satu tahun Rp 8.000.000, sedangkan jumlah penghasilan tahunan Rp 73.000.000, maka rasio kekuatan menabung = 8.000.000 / 73.000.000 = 0,11 atau 11%. Mulailah menabung secara regular minimal 10% dari penghasilan bersih bulanan.

Ada satu alat atau rasio lagi yang bisa membantu kita untuk melihat kekuatan investasi dalam menopang keuangan keluarga melalui rasio aset investasi dengan kekayaan bersih. Rasio kekuatan investasi menggambarkan tingkat ketergantungan kekayaan terhadap hasil investasi. Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan pendapatan dari aset investasi dengan kekayaan bersih (aset - kewajiban).

Contoh, apabila total aset Rp. 430.000.000 dan total hutang adalah Rp 150.000.000 dan pendapatan aset investasi (bisa berupa bunga, dividen, sewa property dan lain-lain) Rp 3.000.000, maka rasio kekuatan investasi = 3.000.000 / ( 430.000.000 - 150.000.000) = 0,01. Artinya hanya 1% kekayaan anda diperoleh melalui investasi, sehingga ketergantungan pada pendapatan di luar investasi, biasanya berupa gaji, sangat dominan. Semakin besar rasio ini akan semakin bagus. Bila telah mendekati angka 1 atau melampauinya, praktis anda tidak perlu bekerja lagi, karena penghasilan dari investasi telah mencukupi seluruh kebutuhan anda. Inilah tujuan masa pensiun yang diidam-idamkan oleh setiap orang, hidup berkecukupan dari hasil investasi yang kita miliki. [MI]

Semoga bermanfaat


* M. Ichsan adalah praktisi perencana keuangan.
Artikel diambil dari : http://www.pembelajar.com/wmview.php?ArtID=825&page=2 

Friday, March 22, 2013

Kiat Cerdas Merencanakan Pensiun

Sepanjang hidup, kita pasti punya banyak sekali tujuan keuangan seperti membeli rumah, membiayai pendidikan anak sampai ke jenjang pendidikan tinggi, ataupun sekedar merencanakan liburan istimewa.

Apapun tujuan keuangan kita, pastikan banwa prioritas utama adalah kehidupan di masa pensiun, karena sebagaimana kita ketahui bahwa tidak ada satupun institusi yang mau membiayai masa pensiun kita. Dengan pertimbangan tersebut sebaiknya menrencanakan masa pensiun sedari dini.






Berikut beberapa hal yang dapat dipertimbangkan dalam merencanakan masa pensiun:

Telitilah Biaya Hidup Pada Masa Pensiun
Besarnya biaya pada masa pensiun nanti tergantung dari gaya hidup yang diharapkan. Sekurang-kurangnya kita pasti menginginkan kondisi keuangan yang memadai untuk membayarkan kebutuhan dasar hidup sehari-hari bukan? Perlu dipertimbangkan juga pada masa pensiun tidak akan mendapatkan pembayaran gaji lagi. Sementara di lain pihak biaya untuk perawatan kesehatan akan mengalami peningkatan.

Kesemuanaya ini menbutuhkan pendanaan yang cukup mahal, sehinggan merencanakan masa pensiun selama 20-25 tahun adalah layak. Selain itu juga disarankan untuk memperkecil pengeluaran di masa pensiun nanti, misalnya dengan melunasi cicilan KPR sebelum masa pensiun tiba.


Kenaikan Harga di Masa Pensiun
Harga barang dan jasa cenderung semakin tinggi karena adanya inflasi. Mungkin kita tidak menyadari ini sekarang ini karena masih mendapatkan gaji setiap bulannya. Dan kenaikan gaji setiap bulannya mungkin masih akan mengimbangi kenaikan inflasi ini. Pada masa pensiun nanti, jika tidak memiliki bisnis sampingan, maka tabungan yang dimiliki harus dapat mengimbangi inflasi. Sebagai contoh kenaikan harga akibat inflasi adalah, dengan asumsi inflasi 10% tiap tahunnya, maka mobil dengan harga Rp.160 juta yang dapat dimiliki saat ini akan berharga Rp.1 Milyar pada 20 tahun yang akan datang.

Tentukan Besarnya Dana yang Harus Ditabung
Setelah meneliti biaya hidup dan inflasi di masa pensiun, langkah selanjutnya adalah menghitung berapa banyak uang yang akan diperlukan pada saat pensiun. Acuan yang baik untuk perkiraan  berapa banyak yang harus Ade tabung adalah sekitar 75% sampai 80% dari penghasilan yang akan dapatkan sebelum masa pensiun.

                  


Selamat Merencanakan Pensiun !!

Salam Sukses
The Financial Tips

MENGELOLA DANA HASIL PINJAMAN

Dikutip dari Harian Republika, Januari 2007

Assalamualaikum wr wb
Pak Ghozali, Perkenalkan, nama saya Laily. Saya bekerja di perusahaan aircraft maintenance di Jakarta. Usia saya 30 tahun dan belum menikah. Saya merupakan tulang punggung keluarga. Semua masalah keuangan menjadi tanggung jawab saya. Penghasilan saya per bulan Rp 2.500.000. Dengan gaji itu, saya harus memenuhi semua kebutuhan, mulai dari kebutuhan rumah sehari-hari dan biaya sekolah dua orang adik saya (satu kuliah dan satu duduk di bangku SLTP). Saat ini saya sedang mengajukan permohonan pinjaman bank melalui kantor sebesar Rp 20 juta, dengan potongan gaji Rp 810.000/bulan selama tiga tahun.

Dengan pinjaman itu, saya berharap bisa membayar kewajiban mendesak yaitu membayar kontrakan rumah (akhir tahun 2006) dan uang kuliah semester ganjil adik saya. Yang ingin saya tanyakan adalah:
  • Saya ingin pinjaman saya itu berarti dan tidak menjadi beban baru buat saya. Usaha/investasi apa yang baik untuk saya?
  • Saya juga ingin ikut program asuransi pendidikan untuk adik saya. Bagaimana saran Bapak mengenai hal ini? Saya juga minta rekomendasi dari Bapak mengenai asuransi yang baik dan preminya tidak mahal. 
Demikian, saya mohon dengan sangat saran/nasihat dari Bapak. Atas perhatian dan bantuannya saya ucapkan terima kasih. (Laily Badriyah)
Jawaban:
Waalaikumussalam wr wb
Saudari Laily, apa kabar? Senang sekali menerima pertanyaan dari Anda. Saya salut pada Anda yang tegar menjadi tulang punggung keluarga. Semoga Anda bisa memetik hikmahnya di suatu saat nanti.

Anda telah berhutang kepada bank sebesar Rp 20 juta dengan cicilan Rp 810.000/bulan. Jika dilihat dari besarnya cicilan hutang sekitar 30 persen dari penghasilan Anda per bulan maka bisa dikategorikan 'lampu kuning' walau belum mengganggu kondisi finansial Anda. Sayangnya Anda tidak menjelaskan secara rinci alokasi penggunaan hutang tersebut: apakah semua akan dipakai untuk mengatasi kebutuhan mendesak Anda ataukah sebagian saja dan sisanya diinvestasikan.

Bila semua akan dipakai untuk menutupi kebutuhan, maka saran saya Anda harus mampu mengelola sisa penghasilan Anda setelah dipotong cicilan hutang agar tidak defisit. Usahakan sisihkan minimal 10 persen dari penghasilan untuk membentuk dana cadangan dan masukkan ke rekening tersendiri. Dana cadangan itu dipergunakan untuk menghadapi kondisi darurat dan dapat diinvestasikan agar memberikan tambahan penghasilan buat Anda.

Sedangkan bila dana pinjaman itu hanya akan digunakan sebagian maka langkah hutang Anda dinilai kurang efektif. Saran saya berhutanglah sebatas dana yang diperlukan saja, kecuali Anda punya rencana untuk mengembangkan dana hasil pinjaman tadi. Bila memang punya niat untuk berinvestasi, carilah instrumen investasi yang memberi penghasilan lebih tinggi daripada besarnya bunga pinjaman di bank. Jadi jangan ditaruh pada deposito karena Anda akan rugi besar.

Pilihlah kegiatan bisnis atau produk investasi yang memberikan keuntungan lebih tinggi daripada bunga pinjaman. Anda bisa pelajari beberapa profil bisnis dan analisa usahanya di media massa atau melalui pengamatan sendiri. Mengenai asuransi pendidikan, sebetulnya adalah investasi yang khusus disiapkan untuk mempersiapkan dana pendidikan. Investasi ini bermanfaat dalam jangka panjang dan hanya bisa dicairkan pada saat jatuh tempo atau bila terjadi risiko kematian.

Oleh karena itu, asuransi pendidikan cocok untuk adik Anda yang baru duduk di SLTP. Jatuh tempo bisa diatur sesuai dengan jadwal pendidikan sehingga ketika masuk kuliah nanti uangnya cair. Namun untuk bisa mengejar jumlah dana pendidikan yang sesuai dengan perkiraan biaya pendidikan yang sudah dihitung preminya, biasanya lebih mahal dibanding bila Anda berinvestasi sendiri.

Untuk memilih asuransi pendidikan yang baik dengan harga premi yang terjangkau, Anda harus mendatangi agen untuk minta informasi secara detil. Pilihlah asuransi yang memiliki reputasi tinggi, memiliki banyak cabang, pengalaman panjang, kinerja dan tingkat kesehatan bagus. Beberapa majalah ekonomi sering mengupas peringkat kinerja dan kesehatan perusahaan asuransi yang beroperasi di Indonesia.

Salam,
Ahmad Gozali
Perencana Keuangan

Thursday, March 21, 2013

LANJUTKAN KULIAH ATAU BELI RUMAH

Dikutip dari Harian Republika, Maret 2007

Assalamualaikum wr wb
Pak Gozali, Saya (27 tahun) adalah karyawan sebuah sebuah perusahaan swasta. Saya punya keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S-2. Saat ini, saya memiliki tabungan senilai kurang lebih Rp 40 juta. Untuk Bapak ketahui, saya ingin melanjutkan pendidikan dalam upaya untuk meningkatkan karier, sekaligus pula menambah ilmu. Namun, pada saat yang sama, saya juga ingin punya rumah Pak. Kira-kira, mana yang harus saya dahulukan, sekolah atau rumah? Rahadi, Jakarta

Jawaban:
Waalaikumssalam wr wb
Mas Rahadi, Keinginan Anda untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, saya acungi jempol. Sebab, saat ini sangat jarang orang yang mau menimba ilmu lagi. Mereka lebih mementingkan untuk mendapatkan uang agar dapat mempersiapkan kehidupan yang layak di kemudian hari tentunya. Masalahnya, kadang-kadang kita memang harus realistis. Artinya, mungkin saja pada saat ini kita sudah berkeluarga. Ada istri dan anak lagi. Atau, bisa juga kita mungkin masih lajang, tapi sudah memerlukan tempat tinggal yang permanen. Dalam hal ini, tentu saja bentuk yang paling tepat adalah rumah sendiri. Ya nggak? Di lain sisi, meningkatkan kualitas keilmuan memang diperlukan. Apalagi kalau itu mungkin menyangkut karier. Artinya, kalau Anda hanya ingin berwirausaha tentunya pendidikan S2 atau magister mungkin tidak mutlak sekali ya.

Tapi, lain ceritanya kalau Anda saat ini bekerja pada sebuah perusahaan sebagai karyawan, biasanya akan cukup besar pengaruhnya pada jenjang karier. Nah, menariknya, tidak setiap dari kita itu bisa punya simpanan uang yang cukup besar. Apalagi kalau Anda bilang bahwa Anda adalah karyawan. Seorang karyawan yang setiap bulan mendapatkan penghasilan, katakanlah Rp 2 juta s/d Rp 4 juta, mungkin jarang yang bisa punya dana sebesar Rp 40 juta seperti yang Anda miliki sekarang kalau tidak mencari tambahan di luar pekerjaan utama atau karena memang Anda sudah biasa menabung dari kecil.

Jadi, mumpung Anda punya uang sebesar itu, kenapa Anda tidak membeli rumah saja dulu. Mengapa? Ini karena dengan adanya rumah, istri dan anak Anda, bisa punya ketenangan batin. Kalaupun Anda masih lajang sekalipun, Anda juga tetap akan punya ketenangan batin karena toh kalau nanti Anda menikah, Anda sudah punya rumah tinggal untuk mereka.

Tapi kalau Anda menggunakan uang itu untuk mengambil gelar magister, Anda jelas masih harus menabung lagi untuk membeli rumah yang dari tahun ke tahun mengalami kenaikan harga sangat tinggi, jauh melebihi kenaikan biaya kuliah. Dan lagi, kalaupun Anda punya rumah terlebih dahulu, saya yakin, Anda masih tetap bisa melanjutkan kuliah pada usia berapapun kan? Saya sering sekali melihat peserta kuliah pada jenjang magister yang umurnya bahkan lebih dari 40 tahun. Artinya, tak ada kata terlambat untuk belajar. Yang ada, terlambat untuk beli rumah, karena kenaikan harga rumah setiap tahunnya seringkali jauh melebihi kenaikan penghasilan kita setiap tahunnya.

Dan lagi, berbuat baik untuk istri dan anak Anda dengan terlebih dahulu memikirkan kepentingan mereka dengan membelikan mereka rumah saya pikir jauh lebih baik daripada terlebih dahulu memikirkan kepentingan Anda sebagai pribadi. Bukankah begitu? Semoga bermanfaat. Salam, Ahmad Gozali Perencana Keuangan

Investasi di Property

Investasi di property masih jadi pilihan utama kebanyakan orang, sebab orang beranggapan bahwa itu adalah salah satu cara terbaik untuk mengembangkan uang. Secara umum investasi property dianggap lebih aman daripada jenis investasi lainnya. Sebabnya Anda menguasai atau mengelola sendiri investasinya, jadi Anda bisa mengendalikan hampir semuanya. Namun hal itu bukanlah satunya keuntungan berinvesatsi di property, karena yang paling menarik sebenarnya dari invesatsi di property ini memungkinkan Anda untuk menggunakan uang orang lain untuk mulai berinvestasi.


Kebanyakan produk investasi lain banyak dipengaruhi oleh faktor luar. Misalnya harga-harga di bursa saham bisa naik turun dengan cepat bahkan signifikan karena isu atau gossip seputar politik, kebijakan pemerintah, keamanan negara, kondisi ekonomi, atau seperti obligasi yang harganya turun saat angka inflasi dan suku bunga naik. Dibandingkan property yang walaupun juga terpengaruh faktor luar, namun perubahannya tidak terlalu cepat, misalnya harga rumah tentunya tidak bisa berubah begitu saja dalam sehari tetapi butuh tahunan.

Keuntungan Investasi di Property

Dengan berinvestasi ke property, Anda mempunyai kesempatan untuk mendapatkan hasil return investasi yang besar. Jika Anda lihat Donald Trump pengusaha property dari Amerika atau Ir. Ciputra dari Indonesia, mereka kaya raya dari bisnis property. Bank juga memiliki property, jika kita perhatikan gedung kantor pusat bertingkat tinggi yang megah, belum lagi puluhan jumlah kantor cabangnya

Banyak cara untuk berinvestasi ke property. Anda bisa memulainya dengan membeli rumah tinggal, ruko, membangun rumah sewaan, bangunan komersial lainnya atau tanah kosong. Dari semua pilihan ini, membeli dan menjual rumah sewaan lebih baik dipilih bagi mereka yang baru akan mulai berinvestasi di property, kemudian sedikit-sedikit menabung dari hasil sewa untuk diinvestasikan kembali. Jika Anda perhatikan banyak orang tertarik untuk membuat rumah sewaan, sebab dengan menjadi induk semang memungkinkan Anda memiliki harta yang bisa Anda kontrol sendiri, kemudian menjualnya nanti. Kabar baiknya Anda tidak memerlukan uang banyak untuk memulai investasi Anda di property.

Penting sekali memahami mengapa property seringkali menjadi pilihan utama orang untuk mengembangkan harta kekayaannya, alasannya bukannya karena property tidak berisiko. Seperti investasi lainnya di property juga mempunyai kendala misalnya para penyewa yang telat membayar sewa rumah, pindah tanpa memberitahu, bangunan yang rusak, kesulitan apapun bisa terjadi. Intinya jika Anda bersedia repot dengan urusan semacam ini, maka investasi di property memang untuk Anda.

Menggunakan Uang Orang lain " Other People's Money "


Salah satu hal yang paling menarik dari investasi di property adalah bahwa sistemnya dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan Anda untuk menggunakan uang orang lain untuk membiayai investasi Anda. Ini adalah salah satu konsep terpenting yang membuata rproperty bisa menjadikan Anda bisa lebih kaya dibandingkan investasi lainnya.

Pada jenis investasi lain maka besarnya jumlah investasinya sangat ditentukan dari seberapa banyak Anda bersedia dan mampu membayarnya dengan tunai. Jadi untuk membeli investasi lain Anda barus membayarnya tunai dengan asumsi menggunakan uang Anda sendiri. Kita ambil saja contohnya investasi di pasar modal. Untuk membeli saham maka Anda harus membayar tunai seluruhnya dari kesuluruhan transaksinya, kecuali Anda melakukan margin trading yang sebenarnya sangat berisiko. Begitu juga investasi di obligasi, reksadana, deposito dan tabungan di bank, bahka emas dan barang koleksi yang bernilai seni, semuanya mensyaratkan pembayaran tunai seluruhnya.

Investasi di property tidak demikian, Anda bisa saja membayar sebesar uang muka rumahnya sebesar 10% sampai dengan 30% dari harga rumahnya dalam rangka untuk memiliki barangnya kemudian sisanya bisa dibiayai dari pinjaman ke bank. Jangankan bank, bahkan developernya sendiripun mau memberikan keringanan pembayaran cicilan untuk pembayaran uang muka pembelian barangnya.

Kesempatan untuk menggunakan uang orang lain terwujud dalam bentuk pembiayaan ini disebut dengan istilah leverage, atau kemampuan dalam melipatgandakan sesuatu. Contohnya, dihari pertama Anda berhasil mendapatkan kredit rumah dengan pembayaran uang muka sebesar Rp 30 juta, maka dihari itu pula aset tunai Anda langsung bertambah menjadi Rp 100 juta. Dengan menggunakan pembiayaan maka investasi rumah bisa berlipat ganda dengan dua cara. Pertama, semakin banyak uang yang diinvestasikan maka semakin besar uang orang lain atau pembiayaan yang bisa Anda dapatkan, misalnya dengan uang Rp 30 juta, maka Anda hanya bisa membeli saham sampai sebesar Rp 30 juta. Namun dengan jumlah uang yang sama jika diinvestasikan ke dalam property, maka Anda bisa membeli rumah seharga Rp 100 juta. Dimana Anda membayar uang muka rumah sebasar Rp 30 juta, kemudian bank membiayai sisanya sebesar Rp 70 juta, selanjutnya Anda menjadi pemilik sebuah bangunan seharga Rp 100 juta. Bukankah jumlah tersebut lebih dari 3 kalinya atau 300% berlipat ganda ? Luar biasa.

Mengapa Real Estate Menguntungkan

Menggunakan uang orang lain atau menggunakan pembiayaan merupakan salah satu saja dari kemudahan yang bisa dimanfaatkan dakam berinvestasi ke property. Namun selain itu masih banyak keuntungan investasi di property yang membuatnya sangat menarik di bandingkan investasi lainya.

    Arus Kas, "Cash Flow",
    Arus kas adalah uang yang Anda terima secara rutin atas uang yang Anda tanamkan dalam suatu investasi. misalnya bunga tabungan dan deposito adalah arus kas karena memberikan pendapatan untuk Anda. Dalam property, uang sewa bisa menjadi pemasukan atau arus kas untuk Anda. Semakin banyak bangunan yang bisa Anda sewakan maka semakin besar pula arus kas Anda.

    Nilai kepemilikan Anda terhadap rumah tersebut meningkat.
    Nilai kepemilikan atau hak Anda terhadap investasi property yang dibiayai dari konsep menggunakan uang orang lain tadi akan meningkat, jauh melebihi hutang atau kewajiban Anda. Hak kepemilikan seseorang dalam suatu investasi ini dikenal dengan istilah equity. Contohnya jika pembelian investasi property Anda sebesar Rp 100 juta, yang dibiayai oleh bank Rp 70 juta, sisanya yang Rp 30 juta memakai uang Anda sendiri. Maka hak kepemilikan Anda terhadap investasi senilai Rp 100 juta tadi adalah sebesar Rp 30 juta atau 30%nya. Hak kepemilikan akan bertambah nilainya karena adanya pembayaran cicilan hutang yang mengurangi kewajiban. Selain itu hak kepemilikan Anda juga bertambah karena nilai propertinya naik. Nilai property Anda akan naik disebabkan inflasi yang membuat harga barang dan jasa mengalami kenaikan termasuk property. Akibat inflasi ini bukan cuma nilai propertinya yang naik tetapi juga Anda mempunyai kesempatan untuk menaikkan arus kas atau pendapatan rutin Anda dengan cara menaikkan uang sewa rumah sejalan dengan inflasi tadi. Kenaikan nilai property ini bahkan bisa menaikkan kekuatan meminjam Anda. Bank biasanya dengan senang hati memberikan pinjaman tambahan berdasarkan kenaikan harga agunannya atau propertinya. Anda bisa mengunakan uang ini untuk melunasi saldo hutang yang lama, dan sisa uang dari pinjaman tersebut bisa masuk kantong Anda. Kemudian untuk cicilan pinjaman baru sesuaikanlah dengan pemasukan uang sewa.

    Kesempatan untuk membangun bangunan yang lebih besar lagi, setelah Anda berhasil melunasi hutangnya, Anda akan mempunyai lebih banyak uang untuk dialokasikan, misalnya untuk membuat property yang sudah ada menjadi lebih besar lagi. Banyak investasi property dimulai dari sebuah bangunan kecil, tetapi karena ada pendapatan dari sewa yang bisa mencover cicilan hutang bulanan, maka membuat propertinya menjadi bangunan lebih besar menjadi sangat mungkin.

Sulitkah Mendapatkan Pinjaman Untuk Investasi Property?
Bagian paling sulit dari semua bisnis adalah mendapatkan uang untuk membiayai bisnis tersebut. Orang bahkan masih sangat sulit untuk meminjam kredit usaha dari bank untuk memulai usaha. Bank biasanya hanya mau memberikan pinjaman hanya kepada bisnis yang sudah berjalan 2 tahun. Hal ini tidak berlaku saat Anda mau meminjam uang ke bank untuk membeli rumah. Tidak peduli apakah Anda baru membeli rumah untuk pertama kalinya atau untuk yang kesekian kalinya, kredit rumah bisa diberikan oleh bank untuk pembelian rumah yang ke berapapun. Selain itu dari sisi bank kredit rumah juga dianggap sebagai jenis kredit yang risikonya paling rendah.

Sebab besarnya cicilan kredit rumah disesuaikan dengan penghasilan Anda, dengan demkian bank berasumsi bahwa debiturnya sudah mempunyai penghasilan yang stabil yang bisa digunakan untuk membayar cicilan bulanan. Kemudian dilihat dari segi jaminanya yaitu bangunan itu sendiri, yang kita ketahui terus mengalami kenaikan harga, maka tidak heran kalau jaminannya umumnya bisa mengcover hutangnya.

Langkah - Langkah Memulai Investasi Di Property
Walaupun ada kesempatan menggunakan pinjaman untuk membiayai investasi property Anda, bukan berarti Anda menjadi lengah. Investasi di property tetap membutuhkan komitmen penggunaan uang dan waktu. Jadi melakukan riset dan menetapkan rencana sebelum berinvestasi di property sangatlah penting. Karena langkah paling awal dan paling penting begitu Anda memutuskan untuk berinvestasi ke property adalah mempelajari segala sesuatunya tentang property sebanyak yang Anda bisa.

* Terus belajar, ada banyak sumber informasi yang bisa Anda dapat untuk belajar tentang investasi property misalnya dari buku - buku, kursus, seminar, juga internet dan lain-lain. Untuk mengenal bisnis property Anda juga bisa mengambil kerja paruh waktu sebagai broker property. Keuntungannya, selain Anda bisa mempraktekkan apa yang Anda pelajari dari berbagai sumber informasi tadi, Anda juga bisa mendapatkan komisi penjualan dari property yang Anda jual. Belum lagi kesempatan untuk membangun jaringan atau network yang tentunya akan sangat bermanfaat untuk membantu bisnis property Anda nanti. Melakukan riset terlebih dahulu akan membuat Anda "awas" terhadap risiko atau problem-problem yang mungkin timbul berkenaan dengan kepemilikan property misalnya bisa terjadi masalah dengan para penyewa, biaya-biaya perawatan bangunan.

* Bekerja samalah dengan agen penjual rumah atau broker property, setelah Anda membekali diri Anda dengan informasi yang memadai tentang bisnis property maka selanjutnya carilah seorang agen penjual rumah atau broker property yang bersedia membantu Anda memahami lebih jauh tentang bisnis property. Carilah agen penjual yang sudah berpengalaman minimal 2 tahun, biasanya mereka sudah jauh lebih menguasai bisnis property. Sebaiknya Anda mencari agen penjual rumah yang bekerja fulltime daripada partime, sebab dikhatirkan mereka tidak bisa memenuhi

* Riset mengenai suku bunga, kenaikan harga property, harga sewa,jika Anda mau menggunakan pembiayaan dari bank maka bandingkanlah suku bunga kredit bank yang satu dengan yang lain dan carilah yang paling kompetitif. Kemudian juga mengenai asumsi kenaikan harga propertinya sehingga Anda bisa menentukan kira-kira berapa harga jualnya suatu saat nanti. Jangan lupa jika Anda ingin mendapatkan pemdapatan dari sewa ruamh, maka sebelum menentukan harga sewa carilah informasi mengenai harga sewa rumah yang pantas untuk daerah tersebut yang disesuaikan dengan kondisi bangunannya.

Your Action Plan
Setelah Anda berketetapan hati untuk berinvestasi di property, maka selanjutnya Anda tinggal menetapkan tujuan dari investasi property Anda secara spesifik dan terukur. Misalnya Anda ingin mendapatkan uang Rp 100 juta yang Anda tanamkan dalam investasi property e atau pembelian property bisa menjadi Rp 1 M dalam 10 tahun. Setelah Anda menetapkan tujuan barulah Anda bisa menentukan jenis property apa yang cocok untuk mencapai tujuan tersebut, apakah perumahan, bangunan komersial.. Hitunglah berapa banyak jumlah uang yang dibutuhkan untuk nvestasi tersebut, kondisi pasar propertinya, kemudian jumlah uang sewa yang bisa Anda harapkan, juga berapa banyak bangunan yang bisa Anda beli. Dengan melakukan riset seperti dianjurkan diatas, maka Anda bisa memperkirakan berapa banyak uang yang mesti Anda sediakan dan berapa hasil investasi yang bisa diharapkan untuk terus berkembang. Anda bahkan bisa perkirakan berapa lama property tersebut harus Anda tahan sebelum menjualnya. Dengan membuat tujuan keuangannya akan memberikan Anda semacam pedoman untuk memulai bisnis baru Anda, mengambil tindakan-tindakan yang perlu, melakukan antisipasi risiko, kemudian melakukan investasinya.

Selamat berinvestasi !


Dikutip dari Danareksa.com
The Financial Tips

Perlukah Saya Akan Asuransi jiwa??


Rekan saya Budi bertanya pada saya "Perlukah Saya Akan Sebuah Asuransi Jiwa?" Pertanyaan tersebut mengingatkan saya akan sebuah iklan telepon gengam di televisi yang mengatakan "hari gini tidak punya henpon?" saya plesetkan "hari gini masih tanya perlu enggak asuransi jiwa?". Kenapa begitu karena Budi ini lulusan dari sebuah universitas beken di Inggris dan saat ini kerjanya di sebuah Bank terkenal di Jakarta dalam posisi jabatan manager dan saya pikir pengetahuan dan lingkungan dia pastinya sudah tahu akan hal-hal lain yang berhubungan dengan pencarian solusi untuk menghadapi masa depan nanti baik pada saat tua atau kemungkinan adanya suatu kejadian yang tiba-tiba sehingga dia harus meninggalkan keluarga tercinta menghadap super bos yaitu Tuhan YME. Apakah itu yang namanya Nilai Ekonomi, Rencana Keuangan Masa Depan, Dunia Penuh Ketidakpastian dan hal yang lain. Saya berusaha memahami Budi mengapa ada pertanyaan perlukah saya asuransi jiwa artinya mengapa timbul pertanyaan tersebut, lalu terjadilah obrolan itu antar saya dan Budi yang asyik di Starbuck Plaza Senayan.

Saya tanya sama Budi, "berapa umur kamu sekarang?" Dia katakan "saat ini umurnya 35 tahun" . Lalu "Bagaimana kondisi Istri dan Anak?" Dia bilang "Istri kerja di perusahaan swasta juga yaitu perusahaan konsultan di Jakarta sebagai PR tukang haloo2 publik relation dengan umur 30 tahun dan anaknya ada 2 orang yang pertama, seorang perempuan umur 10 tahun saat ini kelas 4 di SD Al Azhar Kebayoran dan yang kedua kelas 1 SD di sekolah yang sama". Lalu saya tanya lagi "punya cita-cita apa sih nantinya untuk kalian berdua dan juga bagi anak-anak?". Dia bilang "tentunya ada dong-bahkan segudang cita2nya". Ini dia yang Budi inginkan :
  1. Aku mau pensiun umur 55 tahun dan setelah itu mau buka restoran kecil-kecilan di Jakarta.
  2. Istriku mau pensiun juga dengan umur lebih cepat karena kalau aku buka usaha dia mau bantuin.
  3. Anakku yang pertama perempuan selesai SMA mau aku kirim ke Australia ambil sekolah bisnis dan yang nomer 2 laki-laki selesai SMA mau aku kirim ke Inggris ke sekolahku dulu.
Lalu pertanyaan sederhana saya ajukan ke Budi, "Itu semua kan perlu dana ?" Dia jawab "Ialah pasti - emangnya dateng dari langit, dan oleh karena itulah aku dan istriku kerja untuk bisa meraih cita-citaku itu, dari sekarang kami sudah mulai menabung sama cari sampingan income deh kan masih ada waktu panjang 20 tahun lagi ya kan?".

Saya beri pertanyaan lagi yang menggelitik Budi, "Emangnya sekarang udah cukup tabunganmu yang diambil dari gaji dan sampingan income kalian berdua untuk dana sekolah anak-anak ke luar negeri sama buka restoran nantinya ?" Budi jawab "Cukup sih belon tapi kita kan usaha dan doa sama Tuhan semoga dikasih rezeki terus"
Kemudian saya tanya lagi "Budi kalau nabung dari pendapatan berdua setiap bulan bisa berapa persen (%) ?" Sambil tersenyum dia bilang "he he he maksimum 30% kadang2 lebih kecil kadang-kadang enggak kebagian dipakai untuk anak-anak tuh"


Saya ajukan lagi pertanyaan pamungkas "Budi, dengan cara begitu emang 20 tahun lagi dijamin punya dana cukup untuk cita-cita sekolah anak dan usaha restoran? Lalu gimana jika sebelum 20 tahun Super Boss panggil kamu untuk menghadap? Dan yakinkah Istri bisa gantikan posisi kamu sebagai penghasil income? Bisa-bisa cita-cita tinggi tinggal cita-cita aja lho...."

Budi kasih respon yamg alamiah "Iya sih emang kalo mikir gitu suka ngeri juga tapi yah kita jalanain aja dengan cari makan halal dan suka nolong orang pasti Tuhan kasih jalan buat kita deh "

Saya tutup dengan suatu ajakan pada Budi "Budi maukah cita-citamu dapat terwujud dengan menyediakan persedian dana yang disiapkan dari sekarang berdasarkan kemampuan distribusi income kamu saat ini dimana dana tersebut akan berfungsi saat nanti kamu pensiun ataupun jika dipanggil super boss suatu saat, bentuknya sama seperti kamu nabung di Bank"

Dengan jujur dan raut muka yang ingin tahu Budi menjawab "Maulah, lalu GIMANA CARANYA ?"
Dari obrolan itu bisa ditarik benang merah bahwasanya setiap orang dan setiap keluarga punya tujuan hidup, punya cita2 yang tentunya ingin terwujud nantinya tetapi ada kendala yaitu manusia itu ada batasan usia untuk produktif dan juga ada batas bahwa setiap orang akan meninggal hanya masalahnya kapan akan meninggal itu yang tidak bisa dipastikan kapannya. Manusia bisa hidup terlalu panjang usianya atau mungkin pendek usianya dan bisa terjadi selama perjalanan hidupnya, ada saatnya sakit, ada kecelakaan yang semuanya itu perlu dana untuk menanggulanginya. Ibarat mobil yang punya ban serep tetapi tidak pernah tahu kapan pastinya ban serep itu digunakan tetapi di bagasi harus selalu ada ban tersebut agar timbul rasa aman secara emosional maupun ekonomi jika terjadi ban kempes di tengah perjalanannya.

Mobil punya nilai ekonomi maka manusiapun punya nilai ekonomi. Orang suka dan bahkan merasa wajib untuk mengasuransikan mobil, rumah dan barang lain yang bernilai ekonomi tetapi terkadang orang lupa mengasuransikan nilai ekonomi yang utamanya yaitu dirinya sendiri. Kijang Inova baru berkisar Rp.200 juta dan pemiliknya bersedia mengeluarkan biaya Rp 6 juta pertahun untuk premi asuransi mobilnya walau dengan resiko jika akhir tahun mobilnya masih mulus maka uang tersebut akan melayang tidak kembali ke kantong pemilik mobil. Mengapa itu terjadi karena mereka ingin rasa aman baik secara moril maupun ekonomi. Lucunya untuk dirinya sendiri hal tersebut tidak terpikirkan atau ada juga yang tidak mau menilai bahwa dirinya sebetulnya punya nilai ekonomi yang nilainya bisa lebih dari Rp.200 juta bahkan mungkin tidak bisa dinilai dengan uang.
Pertanyaan menggelitik "mengapa banyak orang yang sering menunda melakukan persiapan sejak dini?" padahal persiapan adalah bagian dari suatu rencana. Dan banyak orang mengatakan bahwa ketidaksuksesan itu kontribusinya datang dari karena tidak punyanya rencana atau tidak merencanakan dengan baik sejak awal.
Memiliki asuransi jiwa adalah bagian dari suatu rencana, polis asuransi jiwa adalah suatu alat untuk menanggulangi masalah, masalah hilangnya nilai ekonomi seseorang dalam artian hilangnya atau berkurangnya pendapatan / gaji seseorang baik karena masa pensiun sehingga pendapatan tetap akan berkurang (stop bekerja regular). Sedangkan biaya hidup tidak menurun pada saat tua apalagi jika terjadi resiko sakit yang berkepanjangan yang perlu biaya besar, bisa juga hilang pendapatan karena meninggal normal atau karena kecelakaan. Bagaimana jika itu terjadi adakah persiapan sudah dimiliki seperti perlunya ban serep di mobil kita yang tidak pasti kapan ban mobil kita akan kempes.

Intinya "Hidup penuh ketidakpastian dan ketidakpastian itu adalah resiko, lalu untuk membuat ketidakpastian menjadi pasti bisa ditanggulangi, maka diperlukan rencana bagaimana menaggulanginya dan kita ketahui bersama bahwa persiapan adalah bagian dari suatu rencana. Polis asuransi jiwa adalah persiapan, adalah suatu bagian dari rencana untuk menghadapi resiko, resiko yang bisa diduga dan kita persiapkan cara penanggulangannya akan membantu kita semua mencapai tujuan hidup atau cita-cita hidup kita"

Obrolan saya dengan Budi di Starbuck diakhiri dengan kedamaian dan ketentraman serta kerelaan dan berbuah munculnya Sebuah SOLUSI untuk menanggulangi resiko ketidakpastian di masa depan. Cita-cita hidupnya bersama keluarganya, dan dia sudah setuju menanda tangani satu kontrak perlindungan asurasi jiwa selama 20 tahun.

Selamat untuk Budi dan juga buat Budi yang lain yang sudah punya perlindungan dan selamat datang bagi Budi lain yang belum punya perlindungan.

BUAT KETIDAKPASTIAN MENJADI SUATU KEPASTIAN

Quoting FPA Articles Soerjatmanto Member FPA Indonesia