Thursday, July 12, 2012

Jika Partner Bisnis Mengalami Musibah

Alangkah menyenangkan jika bisa bekerja sama dengan sahabat Ade untuk membangun sebuah usaha. Selain umumny amempunyai visi dan minat yang sama, usaha bisa langgeng karena didasari oleh saling percaya. Namun bagaimana jika partner bisnis Ade mengalami musibah di kemudian hari?

Sebutlah Ali dan sobatnya Dani yang sukses membangun bisnis subkontraktor infrastruktur dan instalasi perangkat telekomunikasi yang sekarang sedang nge-trend. Ali adalah jebolan universitas terkemuka dengan IPK cum-laude dan Dani walaupun drop-put namun memiliki networking yang sangat luas dan kemampuan negosiasi yang handal. Jadilah pasangan ini menjadi pasangan yang sinergis dan klop. Mereka berbagi tugas, Ali terhadap produksi dan Dani pada pemasaran, dengan pembagian saham antara mereka berdua 50 - 50.

Sayangnya tak semua cerita berlalu dengan indah, setelah 20 tahun melewati tantangan bersama dan mengenyam sukses, suatu pagi dalam perjalanan ke luar kota Dani mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya. Tinggallah Ali yang harus bekerja penuh sekarang, dengan hasil yang tetap harus dibagi dua. Dia bekerja dengan keras dan ikhlas demi keluarga sahabatnya itu, setiap bulan pun anak Ali datang ke kantor untuk menagih hak yang dimiliki almarhum ayahnya sebagai pemilik saham di sana.

Lambat laun, niat jelek pun dapat muncul di benak Ali untuk mengurangi jatah untuk anak Dani sedikit demi sedikit. Dan lama-kelamaan keluarga dan mulai tidak percaya kepada Ali dan berujung pada sengketa di pengadilan.

Mungkin kisah di atas Cuma ilustrasi belaka, tapi dapat dan sangat banyak terjadi di sekitar kita. Mari kita tilik beberapa solusi dan kemungkinan-kemungkinannya...

Mencari Pengganti
Bagaimana jika posisi Dani digantikan? Jika penggantinya seorang profesional tentu tidak akan banyak masalah. Tapi benih-benih kecurigaan dari keluarga Dani tidak akan terselesaikan begitu saja. Lalu bagaimana jika posisinya digantikan oleh istri Dani sendiri? Belum tentu dia akan memiliki kompetensi yang sama dengan Dani bukan? Lalu bagaimana jika posisi Dani digantikan oleh anaknya yang baru selesai kuliah? Apakah mereka berdua akan cocok karena sifat anak muda yang cenderung agresig harus berpasangan dengan Ali yang sudah cukup tua....Apakah semua usaha partnership harus berakhir seperti ini. Berapa banyak perusahaan di Indonesia yang menghadapai potensi masalah seperti ini?

Ambil Alih Saham
Salah satu cara adalah Ali membeli seluruh saham Dani pada keluarganya. Lalu Ali dapat mencari partner lain yang mau menanamkan sahamnya di perusahaannya itu. Sangat wajar kalau keluarga Dani meminta harga yang setinggi-tingginya dan pihak Ali tentu akan menawar serendah mungkin. Kalaupun sudah disepakati, masalah selanjutnya adalah bagaimana pembiayaan untuk membeli saham tersebut? Jika menggunakan uang perusahaan tentunya akan mengganggu cashflow karena jumlahny apasti akan sangat besar.

Solusi ambil alih saham tentunya akan lebih mudah diselesaikan jika ada perjanjian jual beli yang telah ditandatangani di hadapan notaris sebelum usaha partnership ini dimulai jadi semuanya sudah tertuang hitam di atas putih.

Cara lain adalah metode valuasi, yaitu perhitungan sewajarnya yang dilakukan oleh pihak ketiga yang bener-benar independen. Valuasi ini harus dilakukan secara bertahap untuk meng-update kondisi terkahir perusahaan. Jadi jika resiko terjadi, Ali dan Dani dapat merujuk ke hasil valuasi terakhir yang telah nereka lakukan sendiri.

Alternatif Pendanaan
Seorang perencana kauangan yang spesialis di bidang ini dapat membantu menghitung an mencarikan alternatif untuk permasalahan ini.Beberapa alternatif dapat diambil seperti : manabung dan investasi, pnjaman pihak ketiga, mencicil dan mengambil asuransi jiwa.

Menabung dan investasi dimaksudkan setiap pihak sepakat untuk menyisihkan sebagian keuntungan secara teratur dan berkala. Namun kelemahannya adalah ketidakpastian hasil investais yang akan didapatkan.

Mencicil dimaksudkan pembelian saham yang dilakuakn oleh pihak yang survive dilakukan dengan cara mencicil dalam jangka waktu yang telah disepakati di awal. Kelamahannya adalah keluarga ynag ditinggalkan tidak mendapatkan kepasti apakah cicilan tersebut dapat terbayar lunas, bisa jadi tahun depan musibah yang sama menimpa Ali dan hutangnya tidak pernah terbayarkan sampai kapanpun.

Cara pendanaan yang paling efisien adalah dengan membeli asuransi jiwa. Masing-masing partner saling menutup asuransi jiwa atas nama partnernya. Besaran yang harus ditutup adalah sebesar valuasi, sehinggan jia terjadi resiko meninggal uang klaim asuransi jiwa itulah yang akan dipakai untuk membayarkan saham pihak yang ditinggalkan. Namun maslah juga bisa timbul ketika ternyata kondidi kesehatan salah satu pihak sudah tidak memungkinkan dia untuk ikut asuransi atau perminya akan sangat besar.

Maka dari itu kombinasi atas beberapa alternatif sangat dimungkinkan untuk dilakukan.

Salam Sukses
The Financial Tips

No comments:

Post a Comment