Friday, March 22, 2013

MENGELOLA DANA HASIL PINJAMAN

Dikutip dari Harian Republika, Januari 2007

Assalamualaikum wr wb
Pak Ghozali, Perkenalkan, nama saya Laily. Saya bekerja di perusahaan aircraft maintenance di Jakarta. Usia saya 30 tahun dan belum menikah. Saya merupakan tulang punggung keluarga. Semua masalah keuangan menjadi tanggung jawab saya. Penghasilan saya per bulan Rp 2.500.000. Dengan gaji itu, saya harus memenuhi semua kebutuhan, mulai dari kebutuhan rumah sehari-hari dan biaya sekolah dua orang adik saya (satu kuliah dan satu duduk di bangku SLTP). Saat ini saya sedang mengajukan permohonan pinjaman bank melalui kantor sebesar Rp 20 juta, dengan potongan gaji Rp 810.000/bulan selama tiga tahun.

Dengan pinjaman itu, saya berharap bisa membayar kewajiban mendesak yaitu membayar kontrakan rumah (akhir tahun 2006) dan uang kuliah semester ganjil adik saya. Yang ingin saya tanyakan adalah:
  • Saya ingin pinjaman saya itu berarti dan tidak menjadi beban baru buat saya. Usaha/investasi apa yang baik untuk saya?
  • Saya juga ingin ikut program asuransi pendidikan untuk adik saya. Bagaimana saran Bapak mengenai hal ini? Saya juga minta rekomendasi dari Bapak mengenai asuransi yang baik dan preminya tidak mahal. 
Demikian, saya mohon dengan sangat saran/nasihat dari Bapak. Atas perhatian dan bantuannya saya ucapkan terima kasih. (Laily Badriyah)
Jawaban:
Waalaikumussalam wr wb
Saudari Laily, apa kabar? Senang sekali menerima pertanyaan dari Anda. Saya salut pada Anda yang tegar menjadi tulang punggung keluarga. Semoga Anda bisa memetik hikmahnya di suatu saat nanti.

Anda telah berhutang kepada bank sebesar Rp 20 juta dengan cicilan Rp 810.000/bulan. Jika dilihat dari besarnya cicilan hutang sekitar 30 persen dari penghasilan Anda per bulan maka bisa dikategorikan 'lampu kuning' walau belum mengganggu kondisi finansial Anda. Sayangnya Anda tidak menjelaskan secara rinci alokasi penggunaan hutang tersebut: apakah semua akan dipakai untuk mengatasi kebutuhan mendesak Anda ataukah sebagian saja dan sisanya diinvestasikan.

Bila semua akan dipakai untuk menutupi kebutuhan, maka saran saya Anda harus mampu mengelola sisa penghasilan Anda setelah dipotong cicilan hutang agar tidak defisit. Usahakan sisihkan minimal 10 persen dari penghasilan untuk membentuk dana cadangan dan masukkan ke rekening tersendiri. Dana cadangan itu dipergunakan untuk menghadapi kondisi darurat dan dapat diinvestasikan agar memberikan tambahan penghasilan buat Anda.

Sedangkan bila dana pinjaman itu hanya akan digunakan sebagian maka langkah hutang Anda dinilai kurang efektif. Saran saya berhutanglah sebatas dana yang diperlukan saja, kecuali Anda punya rencana untuk mengembangkan dana hasil pinjaman tadi. Bila memang punya niat untuk berinvestasi, carilah instrumen investasi yang memberi penghasilan lebih tinggi daripada besarnya bunga pinjaman di bank. Jadi jangan ditaruh pada deposito karena Anda akan rugi besar.

Pilihlah kegiatan bisnis atau produk investasi yang memberikan keuntungan lebih tinggi daripada bunga pinjaman. Anda bisa pelajari beberapa profil bisnis dan analisa usahanya di media massa atau melalui pengamatan sendiri. Mengenai asuransi pendidikan, sebetulnya adalah investasi yang khusus disiapkan untuk mempersiapkan dana pendidikan. Investasi ini bermanfaat dalam jangka panjang dan hanya bisa dicairkan pada saat jatuh tempo atau bila terjadi risiko kematian.

Oleh karena itu, asuransi pendidikan cocok untuk adik Anda yang baru duduk di SLTP. Jatuh tempo bisa diatur sesuai dengan jadwal pendidikan sehingga ketika masuk kuliah nanti uangnya cair. Namun untuk bisa mengejar jumlah dana pendidikan yang sesuai dengan perkiraan biaya pendidikan yang sudah dihitung preminya, biasanya lebih mahal dibanding bila Anda berinvestasi sendiri.

Untuk memilih asuransi pendidikan yang baik dengan harga premi yang terjangkau, Anda harus mendatangi agen untuk minta informasi secara detil. Pilihlah asuransi yang memiliki reputasi tinggi, memiliki banyak cabang, pengalaman panjang, kinerja dan tingkat kesehatan bagus. Beberapa majalah ekonomi sering mengupas peringkat kinerja dan kesehatan perusahaan asuransi yang beroperasi di Indonesia.

Salam,
Ahmad Gozali
Perencana Keuangan

No comments:

Post a Comment