Thursday, July 29, 2010

Tips Investasi Reksadana


Mungkin Anda telah melihat sebuah iklan reksadana baik di koran, televisi maupun media cetak yang jor-joran mempromosikan reksadananya, apalagi dengan janji investasi Anda akan tumbuh...tumbuh...dan tumbuh. Apakah benar kalau investasi di reksadana pasti menghasilkan untung? Dan apakah tidak ada resiko dalam berinvestasi di reksadana? Ada baiknya sebelum memutuskan untuk memberikan uang kita pada manajer investasi yang mengelola reksadana, kita simak beberapa hal berikut yang perlu kita ketahui.

1. Tidak ada jaminan keuntungan
Kecuali reksadana pasar uang, reksadana lainnya mempunyai resiko menyusutnya nilai investasi akibat perubahan harga pasar, dan secanggih apapun manajer investasi mustahil menghindar dari resiko ini. Apabila ada yang menjanjikan keuntungan tetap dari investasi pada saham dan obligasi, hal tersebut bohong belaka..! Sebab hanya instrumen pasar uang (deposito, SBI) yang menjamin modal dan tingkat pengembalian yang pasti.

2. Kinerja masa lalu bukan jaminan untuk masa mendatang
Pernyataan ini selalu muncul disetiap prospektus reksadana. Sangat jarang suatu reksadana yang mencatat prestasi spektakuler pada suatu periode mengulanginya kembali pada periode berikutnya. Jadi penyataan diatas benar adanya.

3. Investasi merupakan kerjasama Ade Candra dengan manajer investasi
Jangan terlalu cepat menghakimi manajer investasi Anda karena kinerja jangka pendek semata. Manajer investasi tidak akan bisa memberikan prestasi jika Anda tidak tetap bersamanya untuk jangka panjang dan memberikan kesempatan untuk menunjukkan prestasinya.

4. Realistis
Manajer investasi Anda bukan tukang sulap yang selalu akan membuat uang untuk Anda. Kinerja mereka sangat tergantung pada kondisi pasar tempat mereka berinvestasi seperti yang tercantum pada prospektus. Jadi.., realistislah, mereka sudah pasti tidak akan bisa memberi Anda keuntungan ketika pasar turun sampai 20%.

5. Review Prospektus Reksadana
Sebelum memutuskan berinvestasi reksadana, bacalah prospektus-nya dan perhatikan hal berikut :

Tujuan Investasi
. Perhatikan tujuan investasi dan kebijakan investasi. Pastikan tujuan dan kebijakan investasi mereka cocok dengan kriteria investasi yang Anda inginkan.

Fees. Pastikan Anda tidak membayar fee yang terlalu tinggi untuk jasa investasi. Apalagi untuk selling fee, sebab selling fee merupakan fee yang dibayarkan kepada agen penjual reksadana yang tidak akan memberi keuntungan apa-apa atas duit Anda.

Resiko. Perhatikan resiko yang mempengaruhi kinerja reksadana tersebut.

Stock Split dan Reverse Stock Split. Sering kita dengar perusahaan publik menyatakan akan melakukan stock split atau memecah jumlah sahamnya, apakah pengertian dan tujuannya? Dan apa lagi yang dimaksud dengan reverse stock split itu? Dibawah ini kami akan menjelaskan pengertian dari stock split dan reverse stock split dalam dua artikel terpisah.

Stock split. Stock split merupakan salah satu bentuk corporate action yang dilakukan emiten, dengan cara memecah jumlah sahamnya (split) menjadi lebih banyak. Hal ini akan secara otomatis juga memecah harga saham, baik harga nominal dan harga pasar. Perbandingan stock split pada umumnya, 1 : 2, 1 : 5, 1 : 3 dsb. Ilustrasi dari stock split seperti ini, misalkan ; sebelum split: perusahaan A memiliki 5 juta lembar saham dengan harga nominal Rp 1000. Pada saat perusahaan mengumumkan akan melakukan stock split 1 : 2, harga saham di market menunjukkan harga Rp 2000. Setelah split, perusahaan A akan memiliki 10 juta lembar saham (5 juta x 2) dengan harga nominal Rp 500 (Rp 1000/2) sedangkan harga pasar menjadi Rp 1000 (Rp 2000/2).

Dampak bagi investor :
Andaikata Anda sebagai investor perusahaan A memiliki 5.000 saham sebelum split, maka nilai investasi Anda di perusahaan A sebesar Rp 10 juta (5000 x Rp 2000). Sesudah split, Anda akan memiliki 10.000 lembar saham A dengan harga Rp 1000 sehingga total nilai investasi Anda Rp 10 juta (10.000 x Rp1000), atau dengan kata lain stock split tidak membawa perubahan pada nilai investasi Anda.

Alasan perusahaan melakukan stock split :
Agar sahamnya lebih attractive bagi investor. Karena secara psikologis, investor lebih tertarik membeli saham yang harganya lebih murah. Dengan semakin banyak investor tertarik pada saham ini, kemungkinan harga akan naik lebih besar, walaupun tidak ada jaminan untuk itu.

Jumlah saham beredar menjadi lebih banyak sehingga relatif lebih marketable dan likuid.

Tanggal penting yang perlu diperhatikan:
Tanggal manajemen mengumumkan merencanakan stock split
Tanggal saat RUPS menyetujui stock split
Tanggal pencatatan

Mengukur PDB
Satu metode untuk mengukur besarnya Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dari perekonomian suatu negara adalah dengan menggunakan expenditure approach. Melalui metode ini, PDB dihitung dengan menjumlahkan seluruh pembelian (pengeluaran) terhadap seluruh barang dan jasa yang diproduksi selama periode tertentu. Perhitungan dengan metode ini dapat dijabarkan melalui rumus:

Y = C + I + G + (X-M)

Y yang adalah PDB itu sendiri, merupakan ukuran dari seluruh output yang dihasilkan perekonomian (aggregate output) ataupun pendapatan yang dihasilkan perekonomian (aggregate income).

C (Consumption) merupakan jumlah konsumsi atau pembelian yang dilakukan oleh rumah tangga terhadap barang ataupun jasa. Biasanya konsumsi merupakan komponen terbesar dari PDB
I (Investment) merupakan investasi yang dilakukan oleh sektor swasta yang dapat meningkatkan kapasitas produksi dari perekonomian di masa depan. Termasuk di dalamnya adalah investasi dalam barang modal (seperti mesin dan pabrik) termasuk beban untuk penggantian (replacement cost) dan investasi dalam persediaan (inventories).

G (Government) yaitu konsumsi ataupun investasi yang dilakukan oleh pemerintah.

X-M (Export - Import) merupakan jumlah barang dan jasa yang diekspor dikurangi impor. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan angka produksi domestik.


Financial Leverage
Penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan dapat digunakan untuk mengangkat kinerja perusahaan tersebut. Hal inilah yang disebut sebagai financial leverage. Apa maksudnya? Dan apa resikonya? Perusahaan dibentuk dengan modal saham dari pemilik perusahaan. Tingkat imbal hasil bagi pemodal saham atas investasinya dalam perusahaan ini dapat dihitung dengan rasio Return on Equity dengan rumus:

ROE = Laba Bersih / Ekuitas

Apabila perusahaan juga menggunakan utang sebagai sumber pendanaan maka pemegang saham memperoleh manfaat atas peningkatan imbal hasil. Bagaimana caranya? Untuk gampangnya, kita misalkan ada dua perusahaan ABC dan XYZ dengan jumlah aset dan laba bersih yang sama masing-masing Rp 100 juta dan Rp 20 juta. Perbedaannya adalah ABC hanya menggunakan pembiayaan dari modal investornya Rp 75 juta, sedangkan XYZ menggunakan pembiayaan dari modal investor Rp 40 juta dan dari dana pinjaman Rp 35 juta.

Agar contoh ini mendekati praktek yang sebenarnya, kita perlu mengurangi laba bersih XYZ dengan beban bunga yang timbul atas utang yang pakai. Misalkan tingkat suku bunganya adalah 20%, maka XYZ akan memiliki beban bunga sebesar Rp 7 juta. Dengan demikian XYZ seharusnya memperoleh laba bersih Rp 13 juta

Maka kita dapatkan bahwa XYZ mempunyai ROE sebesar 32.5% (Rp 13 juta dibagi Rp 40 juta). Angka ini jauh lebih besar dari pada ROE ABC yang hanya sebesar 27% (Rp 20 juta dibagi Rp 75 juta). Di sini terlihat bahwa XYZ memanfaatkan dana pinjaman untuk menghasilkan laba bagi para investor XYZ.

Namun perlu dicatat bahwa financial leverage mirip pisau bermata dua. Selain meningkatkan pengembalian bagi investor, juga meningkatkan resiko keuangan (financial risk) perusahaan. Hal ini terjadi karena perusahaan akan terbebani bunga pinjaman yang pada akhirnya dapat membebani laba bersih dan arus kas perusahaan. Dan jika utang semakin bertambah, para kreditor (yang meminjamkan) akan menerapkan tingkat bunga yang lebih tinggi lagi untuk mengkompensasi naiknya resiko keuangan.

Untuk mengetahui seberapa besar perusahaan memiliki financial risk, kita dapat menggunakan ukuran Debt to Equity Ratio yang membagi jumlah utang dengan ekuitas pemilik. Tidak ada batasan pasti berapa D/E yang aman, tapi untuk yang konservatif biasanya D/E yang lewat 66% atau dua pertiga sudah dianggap beresiko. Ukuran lain yang dapat digunakan juga adalah Interest Coverage yang menghitung berapa kali laba usaha dibanding beban bunga. Interest coverage sebesar misalnya 3x berarti laba usaha sama dengan tiga kali beban bunga, atau jika dibalik sepertiga dari laba usaha dihabiskan untuk membayar bunga.

Selamat berinvestasi!
Gusnul Pribadi
The Financial Tips

No comments:

Post a Comment