Wednesday, July 28, 2010

Trik Investasi Menghadapi serangan Inflasi dan Pajak

Kebanyakan orang menaruh dananya di tempat yang 'aman-aman' saja. Kenapa mereka menaruh 100% -bahkan dana nganggurnya- ke dalam produk investasi yang 'aman' seperti tabungan atau deposito di bank? Jawabannya adalah karena orang-orang seperti ini takut kehilangan uangnya.

Bila Anda masih muda (katakanlah masih berada di bawah umur 40), maka ini sebetulnya ironis sekali dan sangat disayangkan. Karena apa yang mereka pikir investasi yang 'aman' seperti tabungan atau deposito, sebetulnya malahan tidak 'aman'. Lho, bagaimana mungkin? Sederhana. Kalau Anda punya uang Rp 100 juta yang ditaruh dalam deposito, maka mungkin pada saat ini Anda akan mendapatkan bunga sebesar 12% per tahun. Betul? Jadi, jumlah bunga yang Anda dapatkan pada akhir tahun adalah: Rp 100 juta x 12% = Rp 12 juta.

Tetapi, bila dipotong pajak bunga deposito sebesar 15%, maka bunga yang Anda dapatkan adalah Rp 10.200.000 pada akhir tahun. Sehingga sebetulnya, suku bunga yang Anda dapatkan setelah pajak adalah 10,2% per tahun.

Sekarang masalahnya, apakah bunga yang besarnya Rp 10,2 juta tersebut bisa terus menerus membeli barang dan jasa yang harganya Rp 10,2 juta setiap tahunnya? Jawabannya jelas tidak. Kenapa? Soalnya, dalam 12 tahun terakhir rata-rata kenaikan harga barang dan jasa yang terjadi di Indonesia adalah 13,35% per tahunnya. Kenaikan barang dan jasa secara agregat selalu ditunjukkan lewat perhitungan inflasi yang diumumkan pemerintah tiap bulannya. Di bawah ini adalah tabel lengkapnya:

Tahun
1988 = 5,47%
1989 = 5,97%
1990 = 9,53%
1991 = 9,52%
1992 = 4,94%
1993 = 9,77%
1994 = 9,24%
1995 = 8,64%
1996 = 6,47%
1997 = 11,06%
1998 = 77,63%
1999 = 2,01%

Rata-rata = 13,35%

Dengan asumsi ini maka sebetulnya suku bunga riil yang Anda dapatkan adalah: suku bunga setelah pajak (10,2%) dikurangi inflasi (13,35%) sama dengan minus 3,15%.

Artinya, bila pada saat ini Anda menginvestasikan uang Rp 100 juta, maka deposito yang memberikan bunga 12% per tahun sebelum pajak, setelah 10 tahun saldo riil Anda pada akhir tahun ke 10 adalah Rp 72.609.969. Dengan kata lain, uang Anda menyusut sebesar 3,15% per tahunnya.

Inilah kenapa banyak orang yang gagal secara keuangan. Mereka terlalu fokus pada masalah keamanan investasinya ketimbang berusaha mengambil risiko yang lebih besar. Resiko besar berguna untuk mendapatkan keuntungan lebih besar guna 'mengalahkan' tingkat inflasi. Dengan fokus pada investasi yang 'aman-aman' saja, maka hasil investasi riil yang didapatkan juga tidak besar. Bahkan cenderung minus seperti dalam contoh di atas.

Jika Anda ingin "menumpuk" kekayaan (tapi tetap ingat untuk berbagi dengan sesama ya..), maka apa yang harus Anda lakukan adalah dengan berani mengambil risiko yang lebih besar sehingga bisa memberikan potensi keuntungan yang lebih besar. Sehingga Anda masih mendapatkan keuntungan yang bisa dibilang lumayan, walaupun sudah dipotong pajak dan inflasi.

Selamat berinvestasi yaa...

Quoting Safir Senduk's Articles

No comments:

Post a Comment